Posted by : Admeen Rabu, 12 Februari 2014


http://picmarkr.com/files/1pb31pjgnh1g63cd6vge3t1q07/image_2.jpg

Banyak orang berpikir jadi pengusaha enak dan santai. Enak sih insyaAllah iya, tp kalau santai?

Pengusaha bisa santai itu harus melewati 3 Fase:

1. Dia bingung apa saja yang harus dilakukan, masih banyak belajar, dan masih benar2 start up. Disini dia belum terlihat sibuk. Peran owner di fase ini adalah sebagai marketing, sebagai tenaga produksi, sebagai keuangan, juga sebagai HRD

2. Dia menjadi sangat sibuk ketika sudah tahu apa saja yg harus dilakukan, sudah paham betul alur bisnis yg dia jalankan. Peran owner di fase ini lebih banyak sebagai marketing, keuangan, dan HRD.

3. Dia akhirnya membangun sistem marketing, produksi, HRD dan berbagai standarisasi lain agar bisnisnya bisa auto pilot, bisnisnya berjalan baik meski tanpa kehadirannya. Peran owner di fase ini lebih banyak sebagai ‘real owner’ yang berpikir pengembangan bisnis tanpa dipusingkan oleh kegiatan operasional rutin bisnisnya.

Pertanyaannya, agan ada di fase berapa?

Mungkin kita bisa mulai dari bagaimana bisa melewati fase 1, dari belum terlalu sibuk karena belum paham betul alur bisnisnya, akhirnya menjadi sibuk karena bisnisnya mulai berkembang.

Spoiler for Phase 1 to Phase 2:
Kunci fase 1 ke fase 2 biasanya cuma 1:

“Marketing”

Alur bisnis bisa terlihat dan diuji hanya bila perusahaan sudah berjalan dengan cukup banyak konsumen atau klien. Didunia start up, hal yg pertama yg harus ditaklukkan adalah “PASAR”.

Bagaimana cara supaya produk kita bisa diterima pasar. Disinilah strategi pemasaran bermain. Klien saya pribadi cukup banyak yg mengalami fase ini. Bagi yg tidak kuat, biasanya bisnisnya collapse.

Beberapa hal yang biasanya saya sarankan adalah:

1. Kenali dan cocokkan konsumen dan produk agan. Caranya? Riset (tenang, dlm praktek tdk seberat istilahnya). Coba tanya calon konsumen agan, maunya mereka apa, harganya gimana, sukanya apa, dll. selain itu, lihat juga bagaimana competitor bisa bertahan dan meraih pasar, apa saja strategi mereka? Keunggulannya apa saja?

2. Kalau sudah kenal, ya buat rencana pemasaran berlapis. Lakukan apa yang dibutuhkan untuk meraih pasar. Jangan takut untuk mengeluarkan biaya lebih (untuk iklan misalnya). Kalau 1 strategi tidak berhasil, ya lakukan strategi cadangan. Begitu seterusnya.

Nah, yang seru dan banyak tantangannya adalah bagaimana agan yang sudah nyaman di fase2 bisa ‘naik kelas’ ke fase 3. Setahun terakhir ini saya banyak mendapat klien dengan kasus seperti ini:

“omset bisnis saya bagus, tapi saya ngga bisa keluar toko untuk sekedar santai atau bahkan makan siang!”

“karyawan saya sudah puluhan, tapi kok kalau saya tidak ada semuanya jadi berantakan??”

“saya sudah coba percayakan kepada beberapa karyawan untuk mengatur bisnis saya, tapi kok saya jadi takut yah? Bagaimana kalau mereka menipu atau mengambil konsumen saya?”

“kok bisnis saya segini2 saja ya? Saya ingin buka cabang lebih banyak, tapi ngatur 1-3 saja sudah pusing dan bikin tidur ngga nyenyak!”

Well, ini real case. Banyak UKM yang bisnisnya tersendat karena tidak bisa ‘move on’ ke fase 3.

Spoiler for Phase 2 to Phase 3:
Beberapa langkah untuk membuat sistem dan standarisasi adalah:

1. Buat struktur organisasi. Terlihat sepele? Yup sepele kalau struktur hanya sebuah gambar. struktur bukan cuma gambar asal kotak dan garis. Tapi disana tertuang kerangka bagaimana perusahaan harusnya berjalan. Siapa bertanggung jawab apa, menanggung siapa, dan harus melapor ke siapa. Ada alur instruksi, informasi, dan tanggung jawab dari atas kebawah ataupun sebaliknya. Dari struktur bisa dilihat kepada siapa agan harus ‘marah’ bila terjadi kesalahan, karyawan pun tidak bisa saling menyalahkan.

2. Isilah setiap kolom di struktur tersebut dengan orang-orang kompeten dan terpercaya. Kalau kurang orang bagaimana? Ya hire/rekrut! Ini persyaratan mutlak untuk sebuah sistem.

Justru disinilah kuncinya, kalau agan berhasil dapet orang yang tepat, insyaAllah proses transisi sistem menjadi lebih cepat dan smooth. Agan ngga perlu dapet yang sudah jago atau sangat berpengalaman, gajinya otomatis akan tinggi, agan hanya perlu dapet yang potensial. Kombinasi antara usia tua dan muda juga bisa menjadi pilihan.

3. Rincilah job description (rincian tugas dan tanggung jawab) dan job specification (criteria yang diperlukan untuk sebuah jabatan) untuk setiap jabatan didalam struktur organisasi.

Terlihat klise? Believe me it works!. 1 kasus yang pernah saya alami adalah saat membuatkan sistem untuk sebuah salah satu perusahaan ritel kamera besar di Jakarta. Sebelum ada struktur, job des, dan job spec, operasional terlihat amburadul dan sering terjadi lempar tanggung jawab. Kinerja karyawan tidak efektif karena lebih banyak menunggu instruksi dan tidak tahu apa yg harus dia lakukan.

Apa yang terjadi ketika masing2 orang telah dibuatkan job desc yang rinci? Owner akhirnya melihat ketidakefisienan kerja yg terjadi selama ini. Para karyawan sebelumnya merasa jumlah tim mereka kurang dan perlu ditambah, tetapi setelah sistem berjalan, semua menjadi lebih efisien. Mekanisme reward dan punishment untuk karyawan pun bisa dilakukan karena sekarang sudah jelas ukuran apakah seseorang bekerja dengan “baik” ataupun “buruk”. Disebut baik apabila semua job desc harian, periodic, dan incidental berikut target kinerja berdasarkan jabatan dilakukn dengan baik. Disebut buruk kalau job desc yang selesai hanya 70% dari yang harusnya dilaksanakan.

4. Buatlah sistem pelaporan dan standar kerja yang jelas, bisa tercapai, dan memudahkan. Struktur bagus, jobdesk lengkap akan percuma kalau tidak ada sistem pelaporan yang baik. Sistem pelaporan intinya adalah setiap jabatan harus melaporkan apa saja yang sudah dilakukannya hari ini, minggu ini, ataupun bulan ini.

Contoh, marketing, laporannya adalah hari ini sudah kemana saja, ketemu siapa saja, nomer/kontak orang tersebut, dan keterangan apa yg dibicarakan/dilakukan. Beri target dia untuk mengunjungi 3 tempat misalnya. Agan bisa cek apakah dia bohong dengan random call ke kontak2 yang ia tulis dilaporan.
source: http://www.kaskus.co.id/thread/5280bf59148b46653d000006/sharing-membuat-bisnis-berjalan-baik-meskipun-tanpa-kehadiran-agan-owner/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Mind Pengusaha [MP] -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -